Free Like's Bird

WELCOME TO MY BLOG!!
doozo yoroshiku :D

Sabtu, 18 Desember 2010

Story

Istana Jepang (城, 城郭 ,shiro atau jōkaku?) adalah bangunan besar yang dibangun menggunakan kayu dan batu sebagai bahan bangunan yang utama, dan dirancang sebagai pusat pertahanan sewaktu musuh datang menyerang. Di masa perang dijadikan markas besar, tempat menyimpan dana keperluan perang, serta pusat penyimpanan perbekalan seperti makanan dan amunisi. Istana yang dianggap penting dijadikan tempat kediaman panglima perang, pusat pemerintahan dan tempat pengumpulan informasi tentang situasi perang. Sama halnya seperti kastil di Eropa, istana di Jepang umumnya dibangun di dekat jalan utama atau di pinggir sungai untuk kemudahan transportasi dan menjaga wilayah yang dianggap strategis.

Aksara kanji untuk istana adalah shiro (城 ?) yang dibaca sebagai jō jika didahului oleh nama istana, misalnya dalam bahasa Jepang, Istana Osaka dibaca sebagai osaka-jō.
[sunting] Konstruksi
Istana Hiroshima

Pada zaman dulu, istana dibangun seluruhnya dari kayu, tapi kemudian di abad ke-16 berkembang penggunaan batu-batu besar untuk memperkuat konstruksi. Istana di Jepang sebetulnya dirancang agar tahan lama, tapi sebagian besar istana justru hancur akibat perang di zaman Sengoku karena bangunan istana dibuat dari kayu yang cepat habis bila dibakar. Istana yang terbakar sebagian besar langsung dibangun kembali atau dibangun kemudian di zaman Edo atau di zaman modern. Istana Matsue dibangun tahun 1611 setelah berakhirnya perang di zaman Sengoku, sehingga bangunan asli istana tetap utuh tidak pernah menderita kerusakan akibat serangan musuh. Istana Hiroshima hancur akibat bom atom dan sekarang digunakan sebagai museum setelah dibangun kembali pada tahun 1958.

Di Jepang, istana merupakan perkembangan dari kankōshūraku (環濠集落 ?) yakni permukiman penduduk yang dikelilingi oleh parit berisi air atau parit kering yang tidak berisi air. Pada awal abad modern, istana mulai menggunakan tembok batu dan menara pengawas. Di akhir zaman Edo, istilah istana juga digunakan untuk pertahanan militer berupa tempat meletakkan meriam dibangun di sepanjang garis pantai untuk menangkal kedatangan kapal-kapal dari Eropa.

Konstruksi istana dimulai dengan tahap fushin (普請 ,teknik sipil?) berupa penggalian parit dan pembangunan tembok dari tanah yang dikeraskan, yang dilanjutkan dengan tahap sakuji (作事 ,arsitektur?) berupa pembangunan gerbang, tembok yang memagari istana, bangunan istana, menara pengawas (yagura), dan menara utama.

Di dalam kompleks istana dikenal pembagian wilayah berdasarkan zona (曲輪 ,kuruwa?) yang di antaranya digunakan sebagai tempat pemusatan pasukan.

Di Jepang abad pertengahan, bangunan istana dijadikan tempat kediaman resmi daimyo bersama keluarganya, sejumlah besar pelayan wanita, dan para bushi yang menjadi pengikut. Di sekeliling istana yang besar biasanya dibangun kota permukiman penduduk. Istana terbesar di Jepang adalah Istana Edo yang dikelilingi kota yang sekarang dikenal sebagai Tokyo.

Sebelum pemerintah Keshogunan Tokugawa mengeluarkan dekrit "satu negara satu istana" (Ikkoku-ichijo-rei) di tahun 1615, di berbagai daerah di Jepang terdapat banyak sekali istana yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan ribu kalau benteng yang kecil-kecil juga ikut dihitung.
[sunting] Sejarah

Pada zaman Yayoi, tempat permukiman penduduk terdiri dari dua golongan besar:

* Permukiman penduduk dengan perlindungan parit di sekelilingnya (kangōshūraku)
* Permukiman penduduk di atas gunung dengan perlindungan benteng (kōchisei shūraku).

Kedua model permukiman penduduk ini hilang secara perlahan-lahan sejalan dengan munculnya pemimpin lokal yang mempersatukan penduduk.

Menurut catatan tertua yang pernah ditemukan, istana pertama di Jepang adalah istana Mizuki (sekarang terletak di Prefektur Fukuoka) yang dibangun pada tahun 664 atas perintah kaisar Tenji. Selain istana Mizuki, pada saat itu masih terdapat banyak istana lain yang tidak tercatat di Kyushu dan daerah Laut Pedalaman Seto. Di abad ke-7 hingga abad ke-9, di daerah Tohoku banyak dibangun istana, seperti Istana Taga, Istana Dewanoki, dan Istana Akita akibat perang berkepanjangan dengan suku Emishi yang merupakan penduduk asli pulau Honshu bagian timur.

Di abad pertengahan, istana dibangun sebagai tempat tinggal bushi di masa damai, dan melindungi prajurit yang ditempatkan di daerah pegunungan di masa perang. Pada awal zaman Sengoku, istana sebagian besar menggunakan model Yamajiro (istana yang dibangun di atas gunung). Pada pertengahan zaman Sengoku, pembangunan istana umumnya menggunakan model Hirayamajiro (istana dibangun di bukit yang terletak di tengah dataran), sedangkan model Yamajiro sedikit demi sedikit mulai tidak digunakan.

Istana Tamonyama dan Istana Shigisan di Nara yang dibangun oleh Mastunaga Hisahide merupakan pelopor model istana dengan menara utama dan menara pengawas (yagura) seperti berbagai istana Jepang yang bisa dilihat sekarang ini.

Puncak pembangunan istana di Jepang terjadi sewaktu Oda Nobunaga membangun Istana Azuchi dan Toyotomi Hideyoshi membangun Istana Osaka dan Istana Fushimi.

Di zaman Edo, pemerintah mengeluarkan dekrit "satu negara satu istana," sehingga istana banyak yang dihancurkan karena dianggap sudah tidak berguna. Pada masa itu, jumlah istana juga makin berkurang akibat kebakaran. Istana yang sudah terbakar dibiarkan begitu saja karena pembangunan kembali istana dilarang oleh pemerintah Keshogunan Edo.

Pemerintah mengeluarkan dekrit "penghancuran istana" (haijōrei) di zaman Meiji. Bangunan istana dipreteli untuk digunakan sebagai bahan bangunan oleh angkatan bersenjata Jepang. Di kota-kota yang mempunyai istana, pemerintah juga menggunakan bekas istana sebagai pangkalan militer karena lokasinya yang strategis di tengah kota.

Pada Perang Dunia II, istana di Jepang sebagian besar merupakan sasaran serangan udara, sehingga istana seperti Istana Nagoya, Istana Wakayama, dan Istana Hiroshima habis terbakar.

Pada saat ini hanya ada 12 istana yang masih memiliki menara utama yang dibangun sebelum zaman Edo:

* Istana Hirosaki
* Istana Matsumoto
* Istana Maruoka
* Istana Inuyama
* Istana Hikone
* Istana Himeji
* Istana Matsuyama (Prefektur Okayama)
* Istana Matsue
* Istana Marugame
* Istama Matsuyama (Prefektur Ehime)
* Istana Uwajima
* Istana Kōchi

Di zaman Showa, pemerintah banyak memugar dan membangun kembali istana di berbagai daerah di Jepang sebagai tujuan pariwisata. Sebagian istana semata-mata dibangun berdasarkan imajinasi dan tanpa dasar catatan sejarah. Berdasarkan alasan keindahan, ada istana yang dilengkapi dengan menara utama, padahal istana yang asli tidak pernah memiliki menara utama. Menara utama juga ada yang dibangun cuma tampak luarnya saja.

Istana yang dibangun kembali di zaman modern umumnya dibangun dengan bahan beton agar tahan terhadap api dan bisa dimanfaatkan sebagai museum atau perpustakaan.Istana Himeji (bahasa Jepang: 姫路城, Himeji-jō) adalah sebuah istana yang terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城, Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.

Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompleks istana (27 bangunan Yagura/Watari-yagura, 15 bangunan pintu gerbang, 32 bangunan tembok) ditetapkan sebagai warisan budaya yang penting.

Istana Himeji dinilai sebagai peninggalan budaya milik dunia yang sangat berharga, sehingga pada tahun 1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar Situs Warisan Dunia untuk kategori warisan budaya.

Dari kejauhan terlihat indah dengan tembok-tembok istana berwarna putih, Istana Himeji sering dijadikan lokasi film dengan latar belakang sejarah Jepang zaman dulu. Istana ini juga sering dipakai sebagai lokasi pengganti untuk istana-istana lain seperti Istana Edo.Ada catatan yang bisa dipercaya bahwa Istana Himeji pertama kali dibangun pada tahun 1346 di zaman Istana Utara-Istana Selatan oleh putera shogun Akamatsu Norimura (Enshin) yang bernama Akamatsu Sadanori di lokasi gunung Hime yang terdapat di sebelah utara kota Himeji.

Ada pendapat yang mengatakan, pada zaman klan Akamatsu, "istana" yang disebut-sebut pada saat itu berukuran kecil, sehingga lebih tepat kalau disebut benteng. Bangunan dalam skala besar yang bisa disebut sebagai "istana," mulai dibangun di abad ke-16 oleh Kuroda Shigetaka dari klan Kodera yang berkuasa di daerah dataran rendah Harima.

Setelah itu, pada tahun 1580 tangan kanan Oda Nobunaga yang bernama Hashiba Hideyoshi (kemudian dikenal sebagai Toyotomi Hideyoshi) memilih Istana Himeji sebagai pusat kekuasaan untuk memerintah Harima. Istana lalu diperbaiki dengan mengikuti model istana abad pertengahan supaya kelihatan bagus dari luar.

Sayangnya, bangunan istana yang tersisa dan peninggalan arsitektur yang bisa dilihat sekarang ini bukanlah peninggalan arsitektur dari zaman Toyotomi Hideyoshi, melainkan dari zaman "shogun negeri sebelah barat" Ikeda Terumasa yang merupakan suami dari anak perempuan Tokugawa Ieyasu.

Ikeda Terumasa memerlukan waktu 8 tahun untuk menyelesaikan Istana Himeji yang mulai dibangun pada tahun 1601. Menteri daimyo keluarga Ikeda yang bernama Iza Tadazumi diangkat sebagai pemimpin konstruksi (普請奉行 ,fushin bugyō?) dan Sakurai Genbei sebagai kepala tukang kayu. Pembangunan istana mengerahkan pekerja yang berasal dari penduduk sekitar istana. Menurut perhitungan cara Jepang, pembangunan istana diperkirakan butuh tenaga tukang dengan total antara 40 juta sampai 50 juta hari kerja.
[sunting] Konstruksi
[sunting] Susunan Bangunan

Istana Himeji merupakan istana yang dibangun di atas gunung di tengah-tengah dataran (model istana hirayamajiro). Pusat istana ada di gunung Hime dengan menara utama yang didirikan persis di tengah-tengah. Daerah sekelilingnya yang merupakan tanah datar juga ikut dimasukkan ke dalam wilayah istana.

Secara keseluruhan, istana Himeji menggunakan susunan bangunan model Teikaku berbentuk spiral yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 3 kali, dengan titik awal di sebelah utara gunung Hime. Putaran pertama dinamakan Uchiguruwa (zona dalam), putaran kedua dinamakan Nakakuruwa (zona tengah), dan putaran ketiga disebut Sotokuruwa (zona luar). Sekarang yang tersisa hanyalah tinggal zona Uchikuruwa yang merupakan kompleks Istana Himeji sekarang ini. Zona-zona lainnya dimanfaatkan menjadi wilayah Sogamae (teritori istana paling luar) yang melingkari kota sekeliling istana.

Zona Uchikuruwa bagian dalam terdiri dari lima lapis, yakni Honmaru (wilayah utama), Ninomaru (wilayah sekunder), Sannomaru (wilayah tertier), Nishinomaru (wilayah sebelah barat), dan Demaru (kantor pemelihara istana). Di dalam zona Uchikuruwa juga terdapat beberapa zona lain, yaitu Mizukuruwa, Koshikuruwa, dan Obikuruwa. Masing-masing zona dipisahkan secara terinci dengan pintu-pintu gerbang yang diberi nama berdasarkan susunan Hiragana "i-ro-ha", seperti I-no-Mon, Ha-no-Mon, dan seterusnya.

Lapangan luas yang sekarang ada di depan bangunan Istana Himeji, dulunya merupakan wilayah Sannomaru, sedangkan Kebun Binatang Himeji menempati sebagian wilayah Demaru. Di dalam wilayah Nishinomaru cuma ada sedikit bangunan yang tersisa, salah satu di antaranya menara bernama Kesho-yagura.

Pembangunan istana yang dipimpin oleh Ikeda Terumasa dilakukan persis di antara Perang Sekigahara dan Pertempuran Musim Dingin-Musim Panas Osaka (Osaka no eki), oleh karena itu istana dirancang dengan maksud untuk digunakan dalam pertempuran yang sesungguhnya. Penampilan istana juga sekaligus harus terlihat indah dan megah sebagai perlambang keagungan "shogun negeri sebelah barat" yang menjadi julukan Ikeda Terumasa.

Setelah Istana Himeji selesai dibangun, di Jepang tidak ada lagi pembangunan istana berukuran besar seperti Istana Himeji, karena pada tahun 1615 pemerintah Keshogunan Tokugawa mengeluarkan dekrit "Satu negara satu istana" (Ikkoku-ichijo-rei). Pembangunan istana baru, pemugaran dan perbaikan sebagian istana-istana menjadi tidak mungkin tanpa izin yang dikeluarkan Keshogunan Tokugawa, kecuali Istana Edo dan Istana Nagoya yang menjadi tempat tinggal klan Tokugawa.

Di sebelah utara gunung Hime masih tersisa hutan belantara Himeyama-haraseirin yang sudah ada sejak sebelum istana dibangun. Menurut kabar, terowongan bawah tanah dari Honmaru mempunyai pintu keluar yang timbulnya di tengah-tengah hutan Himeyama-haraseirin, tapi sampai sekarang belum ada orang yang bisa menemukannya.

Di sebelah barat gunung Hime mengalir sungai Senbagawa yang selain bermanfaat sebagai jalur pengangkutan, sebagian aliran sungainya dialihkan menjadi parit dalam istana.
Pemandangan kompleks istana dari menara utama
[sunting] Lorong dan pintu gerbang

Lorong-lorong istana dirancang serupa labirin yang berbelok-belok secara tajam dan berpilin, melebar di satu tempat dan menyempit di tempat lain, dengan maksud agar musuh tidak dapat bergerak maju secara lurus menuju menara utama. Lorong berliku-liku Istana Himeji menggunakan susunan bangunan era Hideyoshi sekaligus memanfaatkan secara optimal kondisi topografi yang ada.

Beberapa pintu gerbang juga dibuat sangat sempit, begitu sempit sehingga hanya dapat dilewati orang satu demi satu. Selain itu, pintu-pintu gerbang dibangun di tempat-tempat yang tidak terduga serta bangunannya dibuat agar tidak mudah terlihat oleh musuh, dengan maksud agar musuh tertahan di pintu gerbang dan tidak dapat meneruskan penyerangan. Salah satu taktiknya, musuh digiring ke lorong buntu lalu dijepit dengan serangan dari sisi kanan-kiri sehingga musuh yang kebingungan jadi kocar-kacir.

Jika masuk ke dalam istana melalui jalan menanjak (yang terdapat di sebelah utara Sannomaru) dan berjalan lurus setelah melewati pintu gerbang Mugi-no-Mon, maka jalan yang melewati pintu gerbang I-no-Mon, Ro-no-Mon, dan Ha-no-Mon sepertinya akan terlihat seperti jalan pintas menuju menara utama. Tapi sebenarnya, jalan menuju menara utama bisa lebih dekat kalau setelah melewati pintu gerbang Mugi-no-Mon, langsung belok kanan melewati pintu kecil beratap rendah yang tersembunyi di antara tembok batu.

Pintu gerbang Ru-no-Mon merupakan pintu gerbang model Uzumimon yang dapat disembunyikan dengan timbunan tanah, pasir, dan kerikil sehingga musuh tidak dapat melihatnya. Pastinya musuh akan terkejut dengan serangan mendadak dari pintu gerbang yang tidak kelihatan.

Di lorong menuju Ni-no-mon dari Ha-No-Mon, musuh hanya dapat bergerak maju tanpa dapat melihat pihak yang bertahan di belakangnya (pastinya akan diserang dari belakang), apalagi pintu gerbang Ha-no-Mon berupa pintu besi yang benar-benar sempit. Andaikan masih bisa lolos juga, tanpa jalan memutar sekali lagi di bawah kompleks menara utama, musuh tidak akan sampai ke menara utama.
[sunting] Menara istana

Menara utama yang ada di Istana Himeji adalah salah satu menara istana yang konstruksi bangunannya masih asli, penampilan luar istana masih sama seperti waktu di zaman Edo, sehingga tidak salah lagi kalau istana ini dijadikan lambang kota Himeji.

Di atas fondasi yang dibangun di puncak gunung Hime, terdapat menara utama beratap 5 susun yang merupakan bangunan berlantai 7 (6 tingkat ke atas dan 1 lantai bawah tanah), dan 3 bangunan menara-menara kecil (Menara Barat, Menara Inui, dan Menara Timur). Bangunan beratap 2 susun yang disebut Watari-yagura (secara harafiah: "menara untuk menyeberang") dipakai untuk menghubungkan menara yang satu dengan menara yang lainnya.

Penggunaan Watari-yagura sebagai bangunan penghubung antar menara disebut metode Renritsu. Berdasarkan periode pembangunan dan model konstruksinya, menara-menara Istana Himeji digolongkan sebagai model menara pengawas periode akhir (bahasa Jepang: 期望楼型, goki horo-gata)

Keseluruhan bangunan menara dimaksudkan untuk berlindung dari serangan musuh sehingga temboknya dibangun agar tahan api, anti api dan anti peluru dengan menggunakan plesteran putih shikkui yang sekaligus menambah keindahan istana.

Kebalikan dari Istana Himeji yang berwarna putih, Istana Okayama dijuluki "Istana Burung Gagak" karena dinding istana terbuat dari papan berwarna hitam seperti warna burung gagak. Pembangunan Istana Himeji dilakukan pada masa transisi penggunaan dinding papan (contohnya Istana Okayama) ke penggunaan plesteran putih shikkui untuk dinding luar istana.

Menara Istana Himeji kaya dengan keanekaragaman arsitektur jika dibandingkan dengan menara-menara istana lainnya di Jepang. Kara-hafu adalah bubungan besar yang membentuk lengkungan yang mulus, sedangkan Chidori-hafu adalah bubungan berbentuk buku terbuka yang ditelungkupkan. Variasi Chidori-hafu dengan atap yang berlapis-lapis disebut O-Chidorihafu.

Persis di bawah lapisan kedua Kara-hafu yang menghadap ke sebelah selatan terlihat teralis berukuran raksasa yang mencolok mata. Katomado adalah jendela unik berbentuk seperti genta yang terdapat di Menara Barat dan Menara Inui. Jendela model Katomado juga bisa ditemui di Istana Hikone dan beberapa istana lain yang menaranya tergolong model menara periode akhir.

Tinggi menara utama jika diukur dari fondasi menara adalah 15,18 meter, sedangkan jika tinggi fondasi menara ikut dihitung maka tinggi keseluruhan menara utama adalah 46 meter 36 cm (diukur dari sisi selatan menara).

Menurut perkiraan, berat menara yang ada sekarang sekitar 5.700 ton, padahal berat sebelumnya mencapai 6.200 ton. Berat menara menjadi berkurang berkat pemugaran besar-besaran zaman Showa yang mengganti genteng dengan bahan yang lebih ringan. Menara utama sekarang ini digunakan untuk pameran beraneka macam barang yang berkaitan dengan Istana Himeji.
[sunting] Nishinomaru

Bangunan yang tersisa di wilayah Nishinomaru hanyalah tinggal Watari-yagura yang dihubungkan oleh Nagatsubone (deretan kamar-kamar sepanjang 300 meter), dan Keshō-yagura yang terletak di ujung paling utara. Kamar-kamar yang ada di Nagatsubone dulunya digunakan para pelayan wanita sebagai kamar tidur.

Honda Tamadasa mendirikan menara Keshō-yagura setelah dari Kuwana di Ise (sekarang ini wilayah Prefektur Mie). Biaya untuk mendirikan menara Keshō-yagura diambil dari mas kawin Putri Sen sebanyak 100.000 koku. Sesuai dengan namanya, di dalam menara Keshō-yagura (bahasa Jepang: 化粧櫓, secara harafiah: "menara berdandan") ditemukan sisa-sisa kosmetik milik Putri Sen sewaktu diadakan pemugaran menjelang Perang Dunia II.

Putri Sen tinggal di dalam wilayah Nishinomaru menempati rumah kediaman yang disebut Chūshomaru (nama lain: Tenjuinmaru, dibangun tahun 1618) atau rumah besar Musashino-Goten yang terdapat di samping Sannomaru, tapi sayangnya sekarang sudah tidak ada lagi yang tersisa dari kedua bangunan tersebut.
[sunting] Koshikuruwa dan Mizukuruwa
Tembok Aburakabe

Di sisi utara menara utama terdapat wilayah Koshikuruwa. Di wilayah ini terdapat sumur-sumur dan gudang-gudang penyimpanan beras dan garam yang dimaksudkan untuk perbekalan di saat istana dalam keadaan terkepung. Pada masa damai, bahan makanan disimpan di gudang-gudang yang ada di sekitar gunung Hime.

Tanah di bawah menara istana terdiri lapisan batu keras sehingga sumur air tidak bisa digali di lokasi ini, melainkan digali di wilayah Mizukuruwa dengan pintu-pintu gerbang yang dibangun untuk menjaga jalur perbekalan antara menara istana dan pintu gerbang Koshikuruwa. Di wilayah Mizukuruwa, pintu gerbangnya diberi nama sesuai nomor urut, mulai Mizu-Ichi-Mon sampai Mizu-Go-Mon.

Di dalam wilayah Koshikuruwa, tepatnya di sisi sebelah dalam pintu gerbang Ho-no-Mon terdapat tembok dari tanah yang dikeraskan yang disebut tembok Aburakabe. Tembok ini sengaja dibiarkan telanjang dengan warna alami coklat tanah, berbeda dengan tembok-tembok lainnya yang diplester shikkui warna putih. Ada berbagai teori yang mencoba menjelaskan metode pembangunan dan alasan tembok Aburakabe dibuat seperti apa adanya, tapi ada juga pendapat yang mengatakan tembok ini peninggalan zaman Hideyoshi.
[sunting] Harakirimaru

Di sebelah tenggara menara utama terdapat menara Obikuruwa-yagura yang mempunyai julukan seram Harakirimaru. Julukan ini lahir karena suasana yang suram dan gelap di sekitar sumur-sumur yang ada di dalam wilayah Koshikuruwa. Tidak mengherankan mengingat tempat ini memang dipersiapkan sebagai tempat bersembunyi untuk mengejutkan musuh dengan hujan tembakan. Tidak pernah ada dalam catatan bahwa di Harakirimaru pernah dilangsungkan ritual harakiri, apalagi tidak mungkin ada orang bersalah di lingkungan istana ini yang harus sampai melakukan seppuku.
Tembok melengkung dengan lubang-lubang berbentuk bulat, segi empat, segi tiga
[sunting] Fasilitas Pertahanan

Di tembok-tembok istana, di banyak tempat dibuat lubang-lubang kecil berbentuk bulat, segitiga, dan persegi empat. Sama (狭間) adalah sebutan untuk lubang-lubang kecil yang digunakan sebagai celah untuk membidik dan menembak musuh. Lubang persegi empat digunakan untuk menembakkan panah, sedangkan lubang bentuk lainnya untuk menembakkan senapan.

Walaupun lubang persegi empat untuk menembakkan senjata juga banyak ditemui di istana-istana lainnya di Jepang, tapi berbagai macam bentuk lubang yang letaknya sulit diduga menjadi keunikan tersendiri Istana Himeji. Desain fasilitas umum yang ada di kota Himeji juga dipengaruhi desain lubang-lubang yang ada di Istana Himeji, misalnya pagar kisi-kisi jembatan atau blok trotoar yang diberi motif lubang-lubang berbentuk bulat, segitiga, atau segi empat.

Di balik keindahan Istana Himeji masih banyak lagi tersembunyi fasilitas rahasia untuk mempertahankan diri. Di dinding menara utama terdapat lubang-lubang tersembunyi yang hanya dibuka dalam keadaan darurat. Musuh akan menerima hujan batu dari atas pintu gerbang dan dari dalam tembok, setelah itu musuh baru diserang antara lain dengan batu, tembakan senapan, dan seduhan air mendidih.
[sunting] Motif pada genteng

Sewaktu membuat genteng, lambang keluarga pemilik istana diukir pada genteng nok ujung yang digunakan pada atap bangunan dan tembok pagar. Pada genteng istana bisa dijumpai lambang klan Ikeda (motif kupu-kupu berekor Agehacho), lambang klan Toyotomi (motif Hashiba) dan lambang klan Honda (motif Mitsuba Aoi). Selain itu, juga bisa dijumpai genteng nok ujung dengan ukiran motif seperti palang.
[sunting] Tempat kediaman pemilik istana

Pada saat itu, tempat kediaman pemilik istana disebut Bizenmaru yang lokasinya ada di wilayah Honmaru persis di bawah menara istana. Ikeda Terumasa kabarnya tinggal di Bizenmaru. Honda Tadamasa memilih istana utama yang dibangun di wilayah Sannomaru sebagai tempat tinggal, karena lokasi Bizenmaru yang ada di atas gunung dianggap tidak praktis. Pemilik istana berikutnya juga tinggal di istana utama atau di rumah kediaman Nishi-yashiki yang ada di Shi-no-Hashi-Mon (wilayah Nakakuruwa).

Sakakibara Masamine yang merupakan pemilik istana pada era Tokugawa Yoshimune membebaskan Takao Dayu, seorang wanita penghibur dari distrik lampu merah Yoshiwara dan menempatkannya di rumah kediaman Nishi-yashiki. Lokasi rumah kediaman Nishi-yashiki dan halamannya yang luas sekarang menjadi taman Koko-en yang ada di sebelah barat istana.

Sekarang ini bisa dijumpai taman bunga Peony Putri Sen yang menempati lokasi bekas reruntuhan istana utama di wilayah Sannomaru, sedangkan di bekas lokasi rumah kediaman Mukai-yashiki dijadikan tanah lapang bernama Sannomaru Hiroba. Lapangan ini merupakan tempat bersantai warga kota Himeji di akhir pekan dan sering dimeriahkan dengan berbagai macam acara dan pertunjukan.
[sunting] Sejarah
Lukisan Istana Himeji di zaman dulu
[sunting] Sebelum zaman Azuchi Momoyama

Pendapat yang bisa dipercaya mengatakan bahwa Istana Himeji dibangun di zaman Istana Utara-Istana Selatan oleh Akamatsu Norimura pada tahun 1336 di lokasi bekas kuil Shomyoji yang dibangun oleh Akamatsu Sadanori. Klan Yamana menguasai istana untuk sementara waktu setelah klan Akamatsu hancur dalam Perang Kakitsu tahun 1441 yang terjadi di zaman Muromachi, tapi klan Akamatsu berhasil merebutnya kembali di tengah kekacau-balauan Perang Onin.

Di paruh pertama abad ke-16, klan Kodera (yang masih sanak keluarga klan Akamatsu) berkuasa di dataran rendah Harima dan Istana Gochaku (sekarang ada di Gochaku, Mikunino-cho, kota Himeji) digunakan sebagai pusat kekuasaan. Kuroda Shigetaka seorang Hikan dari klan Kodera ditunjuk untuk bertugas di Istana Himeji sebagai penjaga istana (berdasarkan catatan ini, ada pendapat yang mengatakan istana mulai dibangun pada saat itu).

Kuroda Shigetaka memperbaiki Istana Himeji agar terlihat pantas untuk ukuran rumah kediaman resmi pejabat, tapi setelah selesai ternyata menjadi istana model abad pertengahan yang memanfaatkan topografi Gunung Hime (pastinya masih dalam ukuran kecil dibandingkan dengan istana yang tersisa sekarang). Sampai tahun-tahun awal zaman Tensho, klan Kuroda dari generasi ke generasi bertugas menjadi penjaga sementara istana. Shigetaka secara berturutan mewariskan istana kepada anak laki-lakinya yang bernama Kuroda Mototaka dan cucunya yang bernama Kuroda Yoshitaka.

Kemudian pada tahun 1576, atas perintah Oda Nobunaga, Hashiba Hideyoshi diutus untuk pergi ke Harima. Di daerah Harima sedang berlangsung perang sengit antara pasukan klan Oda dan pasukan pemberontak daerah Chugoku yang dipimpin klan Mori. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh klan Oda, sedangkan klan Kodera yang berada di pihak klan Mori berada di ambang kehancuran. Sebagai akibatnya, klan Kodera yang secara turun temurun menjadi Hikan mau tidak mau harus menerima aliansi dengan Hideyoshi. Kuroda Yoshitaka pun kemudian diangkat menjadi tangan kanan Hideyoshi.

Pada tahun 1580, Kuroda Yoshitaka mempersembahkan Istana Himeji sebagai tempat kediaman untuk Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi lalu melakukan pembangunan istana secara besar-besaran. Istana Himeji diperbaiki dengan menggunakan model bangunan istana abad pertengahan dengan menggunakan Gunung Hime sebagai titik pusatnya. Tembok dari susunan batu (Ishigaki) yang sedang populer pada saat itu digunakan untuk memagari istana. Pada waktu itu, Hideyoshi juga membangun menara istana (ada yang mengatakan atapnya masih terdiri dari 3 susun). Pada saat yang bersamaan, kota seputar istana pun dibangun dalam skala besar-besaran di bagian selatan istana. Himeji dipersiapkan menjadi menjadi pusat negeri Harima. Salah satu dari jalan utama antar daerah yang disebut jalan Sanyo-do juga dibelokkan agar melewati kota yang mengelilingi Istana Himeji.

Hideyoshi dalam sekejap berhasil menjadi orang nomor satu setelah berhasil menghabisi Akechi Mitsuhide dalam pertempuran Yamazaki di bulan Juni tahun 1582. Akechi Mitsuhide dianggap perlu dihabisi karena membunuh Oda Nobunaga yang merupakan tuannya sendiri. Pada tahun 1583, Hideyoshi pindah ke Istana Osaka yang dibangunnya dengan maksud untuk menyatukan seluruh Jepang. Istana Himeji lalu diserahkan kepada adik laki-lakinya yang bernama Hashiba Hidenaga (nantinya dikenal sebagai Toyotomi Hidenaga). Pada tahun 1585 Hidenaga dipindahkan ke Yamato Koriyama dan kekuasaan beralih kepada sanak keluarganya yang bernama Kinoshita Iesada.

Pada tahun 1601, Iesada minta dipindahkan. Iesada pindah ke daerah Bichu (sekarang sebelah barat Prefektur Okayama) dengan menerima 25.000 koku. Sebagai penggantinya, penguasaan istana beralih kepada Ikeda Terumasa yang setelah menang dalam Perang Sekigahara menerima 520.000 koku dan hak penguasaan negeri Harima. Di bawah pimpinan Terumasa, Istana Himeji berubah menjadi istana yang megah setelah dilakukan perbaikan secara besar-besaran yang memakan waktu 8 tahun.
[sunting] Zaman Edo

Pada tahun 1617, penerus sisa-sisa klan Ikeda adalah Ikeda Mitsumasa yang masih kanak-kanak. Dengan alasan tidak percaya diri menanggung beban menjaga daerah penting yang dipercayakan kepadaya, Mitsumasa minta dipindahkan ke Istana Tottori di Inaba. Honda Tadatomo (yang berasal dari Kuwana, Ise) dipindahkan ke Istana Himeji dengan menerima 150.000 koku. Seluruh bagian Nishinomaru hampir selesai dibangun ketika Honda Tadatoki menikahi Putri Sen pada tahun 1618.

Dengan alasan posisinya yang strategis, pimpinan wilayah feodal Himeji hanya dipercayakan kepada klan yang masih keluarga dekat Tokugawa dan klan yang secara turun-temurun sudah menjadi daimyo. Penguasaan Himeji secara berputar-putar bergantian dipercayakan kepada klan Okudaira Matsudaira yang menjadi penerus klan Honda, disambung klan Echizen Matsudaira dan klan Sakakibara, lalu kembali ke klan Echizen Matsudaira, dan sekali lagi kepada klan Honda, kemudian dikembalikan ke klan Sakakibara, dan sekali lagi kepada klan Echizen Matsudaira.

Keadaan menjadi stabil dan klan yang memimpin Himeji untuk sementara tidak berganti-ganti sejak klan Sakai dari Istana Maebashi di Kozuke (sekarang Prefektur Gunma) masuk ke Istana Himeji pada tahun 1749. Beban berat memerintah wilayah Himeji menyebabkan klan Sakai hampir bangkrut. Wilayah Himeji ternyata tidak cukup diperintah dengan anggaran sebanyak 150.000 koku, apalagi sebagai daimyo turun temurun klan Sakai sering dibebani tugas-tugas berat dari pemerintah Bakufu.

Istana Himeji juga mengalami berkali-kali pemugaran di zaman Edo, tapi keadaan teknik bangunan pada saat itu tidak dapat menghentikan amblasnya fondasi dari batu yang tidak kuat menahan beban berat menara utama. Tiang-tiang penyangga dan balok penopang bahkan sudah sangat lapuk, sampai-sampai di paruh akhir zaman Edo ada lagu rakyat yang antara lain liriknya berbunyi "Istana di Himeji yang miring ke timur, apakah engkau sedang rindu pada Edo."

Di akhir zaman Bakufu semasa Perang Toba-Fushimi, penguasa Istana Himeji adalah Sakai Tadato yang berkedudukan di Edo karena memegang jabatan Roju (tangan kanan sekaligus pelaksana pemerintahan) untuk shogun Tokugawa Yoshinobu. Pada saat itu, shogun berada di pihak Bakufu yang dimusuhi kaisar. Sebagai akibatnya, Istana Himeji dikepung oleh 1.500 prajurit gabungan di bawah pimpinan penguasa wilayah Okayama dan penguasa wilayah Tatsuno. Dalam keadaan terjepit, para menteri senior yang disebut Karo yang dipercayakan menjaga wilayah Himeji sudah memutuskan untuk menyerahkan istana. Tapi pada saat yang sama, pemimpin pasukan Okayama bernama Ikeda Shigemasa yang masih keturunan Ikeda Terumasa (pendiri Istana Himeji) melepaskan beberapa kali tembakan artileri peluru kosong ke arah istana Himeji dengan tujuan untuk menakut-nakuti. Di antara peluru-peluru kosong yang ditembakkan ternyata tercampur peluru mortir sungguhan yang salah satunya tepat mengenai sasaran menghantam pintu gerbang Fukuchu-Mon di bagian barat daya istana. Pada akhirnya memang semua berakhir dengan damai, istana diserahkan tanpa perlawanan dan perang perebutan Istana Himeji dapat dihindari.
[sunting] Zaman Meiji

Pada tahun 1871, pemerintah Meiji menghapus sistem wilayah feodal Han dan menggantinya dengan sistem prefektur. Sebagai kelanjutannya, di tahun 1873 pemerintah juga menghapus sistem istana, sehingga istana-istana yang tersebar di seluruh Jepang menjadi tidak berguna lagi dan harus dihancurkan.

Istana Himeji lalu dijual secara lelang. Lelang dimenangkan seorang penduduk yang tinggal di Yonedamachi (masih sekitar lingkungan istana) dengan harga 23 yen 50 sen. Pemenang lelang cuma bermaksud mencari keuntungan dengan menjual genteng-genteng istana. Pekerjaan membongkar genteng ternyata memakan banyak biaya sehingga genteng tidak jadi dijual dan istana dibiar-biarkan begitu saja. Hak kepemilikan istana lalu dihapus dengan alasan pemilik menelantarkan istana yang sudah dibeli. Tiba-tiba di tahun 1927, menurut berita di suatu surat kabar, ada orang yang mengaku sebagai anak laki-laki pemenang lelang bermaksud menuntut hak kepemilikan Istana Himeji, tapi menurut surat kabar lain yang terbit beberapa hari kemudian, tuntutan itu ternyata sama sekali tidak beralasan .

Pasukan angkatan darat berulang kali dipusatkan di bekas Istana Himeji, karena lokasinya cocok sekali untuk dijadikan pangkalan militer. Pada tahun 1874, resimen infantri ke-10 ditempatkan di daerah bekas istana. Pada saat itu, bangunan-bangunan yang terdapat di Sannomaru, antara lain istana utama, rumah kediaman bernama Musashino-Goten dan Mukai-yashiki serta beberapa bangunan lainnya dirobohkan. Selain itu, Bizenmaru yang dulunya merupakan rumah kediaman Ikeda Terumasa terbakar habis di tahun 1882.

Di lain pihak, usaha-usaha pelestarian bangunan istana mulai terlihat sekitar tahun 1877 setelah gejolak besar-besaran yang terjadi di tahun-tahun awal restorasi Meiji mulai menjadi agak tenang. Di sebelah dalam pintu gerbang Mugi-no-Mon masih bisa tersisa batu monumen peringatan untuk mengenang jasa Kolonel Nakamura Shigeto yang menaruh perhatian pada pemugaran Istana Himeji. Pada tahun 1878, Kolonel Nakamura Shigeto yang menjabat penanggung jawab pekerjaan pemugaran/pembangunan angkatan darat menyarankan kepada atasannya, kepala markas angkatan darat Yamagata Aritomo agar melestarikan Istana Nagoya dan Istana Himeji.

Pemugaran istana dapat dimulai karena permohonan yang diajukan Yamagata Aritomo ternyata diluluskan oleh Dajokan (kantor perundang-undangan, administrasi dan kehakiman), tapi anggaran yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung turun. Setelah anggaran turun, biaya pelestarian istana ternyata besarnya tidak sampai setengah dari jumlah yang diminta, dan itu pun masih harus diutak-utik dari dana milik angkatan darat. Walaupun keadaan sedang sulit, pemugaran mau tidak mau harus dikerjakan agar tidak kalah berlomba dengan pelapukan yang terus berlanjut di sana sini.

Berkat petisi anggota parlemen dari berbagai wilayah yang prihatin dengan nasib istana yang ada di wilayahnya, pada tahun 1910 pemugaran istana di zaman Meiji akhirnya dapat dimulai dengan anggaran negara sebesar 93.000 yen. Anggaran yang disediakan ternyata masih kurang cukup. Kemiringan menara utama yang terus berlanjut berhasil dihentikan, tapi pekerjaan menegakkan menara utama yang miring tidak bisa diteruskan karena kurang biaya. Pada tahun 1919 markas angkatan darat membantu perbaikan wilayah Nishinomaru dan setelah pekerjaan selesai, resimen infantri ke-10 dipindahkan ke Okayama.
[sunting] Istana Tidak Pernah Perang

Istana Himeji berhasil lolos dua kali dari bencana kerusakan yang diakibatkan peperangan di zaman Bakufu dan Perang Dunia II sehingga mendapat julukan "istana tidak pernah perang" (bahasa Jepang: 不戦の城; fusen no shiro).

Sewaktu Perang Dunia II, Istana Himeji disamarkan dari udara dengan menutup bagian-bagian yang strategis dengan jaring-jaring berwarna hitam. Alasannya, istana sudah pasti akan menjadi sasaran empuk serangan udara Amerika karena tembok-temboknya yang berwarna putih terlihat mencolok dari udara, apalagi angkatan darat juga menempatkan pasukannya di dalam wilayah istana.

Serangan udara besar-besaran atas Himeji terjadi tanggal 3 Juli 1945, akibatnya kota seputar Istana Himeji musnah menjadi abu. Di dalam wilayah istana, serangan udara menghanguskan bangunan sekolah menengah pertama yang menempati bekas lokasi istana utama. Kebakaran yang terjadi di wilayah Nishinomaru juga segera dapat dipadamkan, sehingga bangunan istana secara ajaib luput dari lalapan api. Pagi keesokan harinya, kabarnya penduduk kota tidak mampu menahan air mata haru menyaksikan Istana Himeji yang masih berdiri dengan selamat di tengah-tengah kota yang telah rata dengan tanah.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Istana Himeji tidak pernah dijadikan sasaran serangan udara karena merupakan peninggalan budaya yang penting. Pendapat yang banyak dikutip ini menjadi sumber perdebatan karena serangan udara ternyata juga menghancurkan istana-istana yang terdapat di kota-kota lain di Jepang (misalnya Istana Nagoya), serta bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Jerman.
[sunting] Pemugaran besar-besaran zaman Showa

Pada tahun 1928, Istana Himeji ditunjuk sebagai peninggalan bersejarah di bawah pengawasan kementerian pendidikan, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh kota Himeji. Menara utama kemudian ditetapkan sebagai pusaka negara pada tahun 1931. Undang-undang perlindungan peninggalan budaya yang diberlakukan sejak tahun 1950 memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar situs peninggalan budaya yang terpenting.

Peluang untuk memulai pemugaran besar-besaran zaman Showa mulai terbuka di tahun 1934 setelah tembok batu Watari-yagura yang terletak di Nishinomaru roboh secara beruntun akibat hujan deras. Pemugaran dilakukan dengan membongkar bangunan yang ada kemudian memasangnya kembali setelah memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Pekerjaan dimulai dari bangunan-bangunan di luar menara utama, tapi pekerjaan terpaksa dihentikan di tahun 1944 karena keadaan Jepang yang makin memburuk dalam Perang Dunia II. Istana Himeji ternyata beruntung dapat lolos dari serangan udara, sehingga pada tahun 1950 proyek pemugaran dapat dimulai kembali. Pada tahun 1955, pemugaran semua bangunan dinyatakan selesai kecuali pemugaran menara utama.

Pemugaran besar-besaran menara istana dimulai pada tahun 1956. Pada saat itu seluruh bagian atap menara istana yang berukuran raksasa dibongkar, diperbaiki, dan dipasang kembali. Pada saat pekerjaan pemugaran, para pekerja menemukan berbagai macam catatan yang ditulis pada bagian-bagian bangunan istana. Catatan-catatan ini nantinya sangat bermanfaat bagi penelitian tentang Istana Himeji. Fondasi dari batu terpaksa dibongkar karena menurut perhitungan tidak mampu lagi menahan berat menara utama. Fondasi baru dari konstruksi beton bertulang baja dibangun untuk menggantikan fondasi dari batu yang dibongkar dan dipindahkan ke sebelah utara lapangan Sannomaru.

Sewaktu menara utama dibongkar, salah satu tiang penyangga utama (bahasa Jepang: 心柱, shinbashira) yakni tiang penyangga utama sebelah barat ternyata ditemukan sudah membusuk dari dalam sehingga tidak bisa dipakai lagi. Perburuan batang kayu berukuran raksasa pun dimulai untuk mencari penggantinya. Pada mulanya, pohon Hinoki (Japanese cypress) yang terdapat di lingkungan kuil Kasagata Jinja (kota Ichikawa, Kanzaki-gun, Prefektur Hyogo) diusulkan untuk ditebang menjadi tiang penyangga utama yang baru. Pohon ini kemudian dianggap tidak cocok karena batang bagian atas membengkok dan batang bagian bawah dicurigai sudah membusuk. Pada akhirnya baru di tahun 1959, di tengah-tengah hutan yang termasuk wilayah kota Tsukechi (sekarang kota Nakatsugawa), Ena-gun, Prefektur Gifu berhasil ditemukan pohon Hinoki yang memenuhi persyaratan. Pohon ini sayangnya patah waktu ditebang. Satu batang pohon Hinoki lain yang ditemukan di dekatnya juga patah sewaktu diangkut. Sebagai usaha terakhir, tidak ada pilihan lain kecuali menyambung bagian bawah pohon yang patah sewaktu diangkut dengan pohon yang ditemukan di kuil Kasagata Jinja. Tiang penyangga utama yang lama sebetulnya juga terdiri dari dua batang pohon yang disambung. Penyambungan justru memudahkan pemasangan bagian bangunan yang lain. Batang-batang pohon Hinoki yang dijadikan tiang penyangga utama diangkut masuk ke dalam Istana Himeji dengan dirayakan oleh banyak warga kota Himeji.

Pemugaran menara utama juga bertujuan agar menara utama tahan gempa. Salah satu caranya adalah mengurangi berat menara. Genteng lama diganti dengan genteng penemuan baru yang lebih ringan dan pengencang dari logam (metal fittings) dipasang untuk pertama kalinya di Istana Himeji. Tembok-tembok istana dianggap bisa bertahan dalam gempa, sehingga hampir-hampir dibiarkan apa adanya. Pada tahun 1964 pemugaran menara utama dinyatakan selesai.

Total biaya pemugaran menara utama adalah sekitar 530 juta yen. Sedangkan total biaya pemugaran seluruhnya adalah sekitar 1 milyar yen (berdasarkan nilai tukar tahun 1964), yang didapat dari menjumlahkan biaya pemugaran sebelum perang (dengan memperhitungkan nilai tukar yen tahun 1964 dengan harga-harga sebelum perang) dengan biaya pemugaran sesudah perang.
[sunting] Cerita-cerita rakyat seputar Istana Himeji

* Dewa pelindung Osakabe-myojin (刑部明神)

Di lantai paling atas menara utama terdapat altar untuk dewa pelindung Istana Himeji.

* Miyamoto Musashi menaklukkan monster

Cerita ini dianggap cuma legenda karena zamannya tidak cocok. Ceritanya Musashi magang di Istana Himeji di zaman Toyotomi Hideyoshi masih muda. Di suatu malam, Musashi menerima perintah untuk menaklukkan monster yang muncul di menara utama. Musashi ternyata berhasil mengusir monster. Di lantai paling atas, Musashi bertemu dengan dewa pelindung Osakabe-myojin dalam sosok seorang putri. Musashi menerima hadiah pedang berukir nama pandai besi pembuatnya (Go-yoshihiro) sebagai ucapan terima kasih sudah menaklukkan monster.

* Ubagaishi (Batu si Nenek)

Hashiba Hideyoshi mengalami kesulitan mengumpulkan batu-batu untuk membangun menara beratap tiga susun di gunung Hime. Nenek miskin yang berjualan kue moci panggang di bawah istana mendengar kabar ini. Si nenek lalu menyumbangkan batu gilingan yang sudah tidak dipakai lagi kepada Hideyoshi yang menerimanya dengan gembira. Berita ini menyebar ke mana-mana , semua orang berlomba menyumbangkan batu untuk dijadikan tembok istana. Di tembok batu yang terdapat di sebelah utara Menara Inui bisa dijumpai batu gilingan yang menjadi bagian bangunan tembok. Bukan cuma batu gilingan saja saja yang harus dikumpulkan, sekarang ini juga masih bisa dijumpai peti-peti mati dari batu yang dimanfaatkan sebagai tembok istana.

* Legenda tukang kayu Sakurai Genbei

Setelah kerja pembangunan menara istana selesai, kepala tukang kayu bernama Sakurai Genbei mengajak istrinya berjalan-jalan ke istana. Setelah melihat menara hasil pekerjaan suaminya, tiba-tiba sang istri berkomentar, "Kalau tidak salah menaranya kelihatan sedikit miring ke sebelah tenggara." Genbei merasa sangat terkejut dan tidak menduga bahkan istrinya sendiri bisa mengetahui pekerjaan menara ternyata tidak sempurna. Sambil menggigit pahat perkakas kebanggaannya, Genbei memanjat menara utama lalu terjun bebas bunuh diri.

Cerita ini berasal dari zaman Hideyoshi dan tokoh-tokohnya memang benar pernah ada. Sakurai Genbei memang pernah jadi kepala tukang kayu di zaman Ikeda Terumasa, tapi tidak ditemukan bukti Genbei pernah terjun bebas dari menara utama. Menara yang miring ke arah tenggara memang sejak dulu ramai diperbincangkan orang, tapi batu fondasi yang amblas sebagai penyebabnya barulah diketahui sewaktu dilakukan pemugaran besar-besaran di zaman Showa.

* Banshu sara-yashiki

Di Jepang terdapat cerita hantu memecahkan piring dalam berbagai versi sesuai dengan lokasi kejadiannya. Menurut versi Istana Himeji, pembantu wanita bernama O-kiku dibunuh setelah dituduh memecahkan piring pusaka. Mayatnya kemudian diceburkan ke dalam sebuah sumur tua. Di tengah kegelapan malam, dari dasar sumur terdengar suara hantu pembantu wanita yang sedang menghitung piring-piring yang dipecahkan satu demi satu. Di dalam Istana Himeji (tepatnya di wilayah Honmaru) memang benar ada sumur tua yang bernama O-kiku, tapi kebenaran cerita ini memang harus dibuktikan sendiri.
[sunting] Lokasi Film

* Film samurai yang tidak terhitung jumlahnya

Istana Himeji yang dari luar kelihatan mirip Istana Edo membuat istana ini sering dipakai untuk lokasi film, misalnya film seri televisi dengan judul-judul Abarenbo Shogun, Mito Komon, dan Oku. Pada tahun 1937 pernah terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa. Korban terkena batu yang terpental akibat ledakan sewaktu syuting film samurai di dalam lingkungan istana.

* James Bond 007 "You Only Live Twice"

James Bond pernah turun dari helikopter di lapangan Sannomaru. Pada waktu pengambilan film, ada bagian dari dinding istana yang rusak terkena lemparan Shuriken (sejenis senjata milik ninja). Peristiwa ini mungkin menjadi sebab permintaan pembuat film luar negeri untuk menggunakan Istana Himeji sebagai lokasi syuting selalu ditolak.

* "Project-X" (Film seri dokumenter televisi NHK)

Episode yang menceritakan perbaikan besar-besaran Istana Himeji di zaman Showa ditayangkan pada tanggal 11 September 2001.
[sunting] Tujuan Wisata
Istana Himeji di musim Sakura

Istana Himeji terkenal sebagai tempat melihat bunga Sakura di musim semi.

Setahun dua kali, pada tanggal 1 Januari dan 6 April, pengunjung bisa memasuki istana dengan gratis.

Kereta Sanyo Shinkansen dan kereta JR jalur Sanyo-honsen berhenti di stasiun JR Himeji. Dari stasiun JR Himeji, Istana Himeji dapat dicapai dengan berjalan kaki (20 menit).Istana Osaka (大阪城 ,Ōsaka-jō?) adalah istana yang terletak di dalam Taman Istana Osaka, distrik Chuo-ku, kota Osaka, Jepang. Istana Osaka berada di ujung paling sebelah utara daerah Uemachi, menempati lokasi tanah yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah sekelilingnya.

Istana Osaka merupakan bangunan peninggalan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Jepang. Menara utama Istana Osaka yang menjulang tinggi merupakan simbol kota Osaka.

Istana Osaka dimanfaatkan sebagai istana sekaligus benteng sejak zaman Azuchi Momoyama hingga zaman Edo. Istana Osaka yang ada sekarang terdiri dari menara utama yang dilindungi oleh dua lapis tembok tinggi yang dikelilingi oleh dua lapis parit, parit bagian dalam (Uchibori) dan parit bagian luar (Sotobori). Air yang digunakan untuk mengaliri parit istana diambil dari Sungai Yodo mengalir di sebelah utara Istana Osaka.

Menurut orang Jepang zaman dulu, Istana Osaka (大坂城; Ōsaka-jō atau Ōzaka-jō) berada di provinsi Setsu (nama zaman dulu untuk Osaka dan sekelilingnya), wilayah Higashinari Goori, Osaka. Sesuai dengan penggantian karakter Kanji yang digunakan untuk menulis kota Osaka dalam bahasa Jepang, nama Istana Osaka sekarang ditulis sebagai 大阪城 (Ōsaka-jō).Pada tahun 1496, pendeta Buddha yang bernama Rennyo membangun rumah kediaman pendeta di lokasi yang bernama Osaka (tanjakan besar). Pendeta Rennyo yang mempunyai banyak pengikut kemudian memperluas rumah kediamannya menjadi kuil besar bernama Osaka Honganji (Ishiyama Honganji).

Di zaman Sengoku (tahun 1583), Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama (Honmaru) yang dibangun dari batu-batu besar diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun. Istana ini kemudian dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman penduduk yang berlokasi di sekitar Istana Osaka berkembang menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19.
[sunting] Istana Osaka Generasi Pertama

Pembangunan Istana Osaka generasi pertama memakan waktu 15 tahun, dimulai tahun 1583 dan selesai tahun 1598. Pembangunannya dimulai oleh Toyotomi Hideyoshi sewaktu Hideyoshi masih merupakan bawahan Oda Nobunaga.

Pada saat itu, Istana Osaka jauh lebih luas dibandingkan dengan Istana Osaka yang ada sekarang. Toyotomi Hideyoshi berkuasa setelah Oda Nobunaga tutup usia dan menjadikan Istana Osaka sebagai pusat pemerintahan. Toyotomi Hideyoshi tidak tinggal di Istana Osaka, melainkan di tempat-tempat kediamannya yang ada di Kyoto: Jurakudai (yang juga disebut Jurakutei) dan Istana Fushimi.

Menurut catatan oleh daimyo yang bernama Otomo Sorin (1530-1587), Istana Osaka merupakan bangunan istana yang paling megah tiada banding pada zaman itu, menara utamanya terdiri dari 5 tingkat yang atapnya dilapisi dengan emas. Sebelum Toyotomi Hideyoshi meninggal, pembangunan Istana Osaka diteruskan dengan pengembangan wilayah Ninomaru, Sannomaru, Sogamae (pertahanan paling luar Istana Osaka yang berupa bangunan tembok dari tanah yang dikeraskan), dan penggalian 3 lapis parit sebagai pertahanan istana.

Setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal karena usia lanjut pada tahun 1599, Hideyoshi digantikan oleh puteranya yang bernama Toyotomi Hideyori yang pindah dari Istana Fushimi ke Istana Osaka yang baru saja selesai. Pada saat itu Tokugawa Ieyasu mendirikan pemerintahan yang disebut Keshogunan Togukawa yang bertentangan dengan Toyotomi Hideyori yang memerintah provinsi Setsu. Dalam Pertempuran Musim Dingin Osaka tahun 1614, Tokugawa Ieyasu memimpin serangan besar-besaran menyerbu Toyotomi Hideyori yang hanya mampu bertahan di dalam Istana Osaka.

Dalam perjanjian perdamaian dengan Tokugawa Ieyasu, Toyotomi Hideyori yang kalah perang, setuju untuk menghancurkan Sannomaru, Sogamae dan parit lapis ketiga yang melindungi Istana Osaka. Berdasarkan perjanjian ini, pertahanan istana berupa parit luar (sotobori) yang ada di daerah Ninomaru juga harus diuruk sehingga Istana Osaka tidak dapat lagi digunakan untuk perang, sehingga yang tersisa hanyalah parit dalam (uchibori) dan benteng utama (Honmaru) saja.

Toyotomi Hideyori kemudian berusaha kembali membangun pertahanan militer di Istana Osaka yang dianggap Tokugawa Ieyasu melanggar perjanjian damai yang telah disetujui. Pada tahun berikutnya, Tokugawa Ieyasu mengirim pasukan besar-besaran untuk menghancurkan Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran Musim Panas Osaka tahun 1615.
[sunting] Istana Osaka Generasi Kedua
Tempat Toyotomi Hideyori dan Ibundanya ditemukan tewas bunuh diri

Istana Osaka jatuh pada Pertempuran Musim Panas Osaka di tahun 1615 dan Toyotomi Hideyori ditemukan tewas bunuh diri bersama-sama dengan ibundanya yang bernama Yodo dono. Tokugawa Ieyasu kemudian menghancurkan Istana Osaka yang baru saja selesai dibangun.

Sisa-sisa Istana Osaka beralih ke tangan Matsudaira Tadaaki yang merupakan cucu Tokugawa Ieyasu. Pemerintahan daerah pada zaman kekuasaan Keshogunan Tokugawa sebagian besar didelegasikan kepada para daimyo, tetapi mengingat nilai strategis Istana Osaka, Keshogunan Tokugawa menjadikan wilayah Osaka dan sekitarnya pada tahun 1619 sebagai wilayah Tenryo (wilayah yang diperintah langsung oleh pemerintah pusat).

Pada tahun 1620, pembangunan Istana Osaka dimulai kembali oleh Tokugawa Hidetada (1579 - 1632) dengan gambar rancangan yang baru. Sebagai anak ketiga dari Tokugawa Ieyasu, Tokugawa Hidetada lebih banyak dikenal sebagai shogun kedua mengikuti jejak ayahnya yang merupakan shogun pertama Jepang.

Pembangunan kembali Istana Osaka dilakukan dalam 3 tahap dengan memobilisasi 64 daimyo untuk merekonstruksi bangunan istana berikut tembok-tembok benteng yang dibuat dari potongan-potongan batu berukuran raksasa. Semua sisa-sisa fondasi istana dan parit generasi pertama yang dibangun pada era Toyotomi Hideyoshi dihancurkan dan ditimbun lagi dengan tanah baru, sehingga Istana Osaka dibangun kembali di tempat yang lebih tinggi.

Rekonstruksi istana memakan waktu 10 tahun (1620-1629). Menara utama dibuat menjadi lebih tinggi dengan maksud untuk menghapus semua kenangan rakyat pada Toyotomi Hideyoshi. Luas istana juga berkurang menjadi tinggal seperempatnya. Konon untuk membangun kembali Istana Osaka dan tembok-tembok yang mengelilinginya diperlukan 500.000 batu-batu dalam berbagai jenis dan ukuran. Pembangunan menara utama berhasil diselesaikan pada tahun 1626, tetapi pada tahun 1665 terbakar habis akibat disambar petir.

Penguasa Istana Osaka adalah shogun Tokugawa, tetapi berhubung pemerintah Tokugawa berkedudukan di Edo, istana sehari-harinya diperintah oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh shogun. Pejabat pelaksana pemerintahan istana disebut Osaka-jō Dai yang dipilih dari daimyo paling senior (fudai daimyo) dan bergaji tinggi (taishin). Di bawah pejabat Osaka-jō Dai terdapat dua orang pejabat yang disebut Osaka Teiban dan 4 orang pejabat Osaka Kaban yang berfungsi sebagai pemelihara keamanan.

Sebelum jatuhnya Keshogunan Tokugawa pada Pertempuran Toba-Fushimi tahun 1868 yang sekaligus menandai akhirnya zaman Edo, shogun Tokugawa yang memimpin pasukan Keshogunan Tokugawa sempat mundur ke Istana Osaka sebelum akhirnya melarikan diri ke Edo dengan menggunakan perahu.

Bangunan indah yang terdapat di dalam Istana Osaka yang bernama Honmaru Goten (Istana di Benteng Utama) dibakar habis pada pada zaman restorasi Meiji. Sisa-sisa Istana Osaka yang masih ada kemudian dikuasai oleh pemerintah baru Meiji.
[sunting] Istana Osaka Generasi Ketiga

Pemerintah Meiji menggunakan kawasan di dalam reruntuhan Istana Osaka sebagai fasilitas militer dan rakyat biasa dilarang masuk. Pada tahun 1928, walikota Osaka pada saat itu yang bernama Seki Hajime mengusulkan agar Istana Osaka dibangun kembali. Dari hasil sumbangan penduduk Osaka terkumpul uang sebanyak 1.500.000 yen yang digunakan untuk memindahkan fasilitas divisi IV angkatan darat Jepang dan membangun menara utama.

Pada tahun 1931, Istana Osaka dibangun kembali dengan menggunakan beton bertulang baja. Walaupun bangunannya berada di atas fondasi istana yang dibangun di zaman Tokugawa, menara utama Istana Osaka dibuat semirip mungkin dengan gambar asli Istana Osaka yang dibangun Toyotomi Hideyoshi.

Proyek pemugaran menara utama Istana Osaka merupakan proyek pemugaran istana yang pertama dilakukan di zaman Showa. Dari lantai 1 sampai lantai 4, dinding menara utama Istana Osaka menggunakan plesteran warna putih gaya zaman Tokugawa, sedangkan lantai 5 menggunakan pernis warna hitam gaya zaman Toyotomi yang berhias gambar harimau dan burung Jenjang dari lembaran kertas emas. Setelah menara utama selesai dibangun, di dalamnya dijadikan museum barang-barang peninggalan bersejarah Toyotomi Hideyoshi.

Pada Perang Dunia II, empat bangunan Yagura di wilayah Ninomaru terbakar habis tapi untungnya bangunan menara utama selamat dari serangan udara. Dalam serangan udara yang terjadi pada hari-hari menjelang berakhirnya Perang Dunia II, bom jenis 1 ton yang banyak dijatuhkan di sekitar Istana Osaka menjadikan Istana Osaka dan daerah sekitar stasiun kereta api Kyobashi menjadi lautan api. Penumpang kereta api yang berusaha menyelamatkan diri juga tidak luput menjadi korban. Foto akibat serangan udara yang diambil dari atap kantor cabang surat kabar Mainichi yang diberi judul "Asap Hitam Tebal Membubung dengan Latar Belakang Menara Utama Istana Osaka" menjadi foto klasik yang terkenal dengan judul "Pertempuran Musim Panas Osaka" (Ōsaka natsu no jin) untuk mengingatkan orang pada pertempuran besar-besaran pada musim panas 1615 antara pasukan Toyotomi Hideyori dan pasukan Tokugawa Ieyasu.

Pada tahun 1948 sesudah zaman pendudukan selesai, Istana Osaka dikembalikan ke pemerintah Jepang dan mulai direstorasi. Parit luar dan daerah luas yang ada disekeliling Istana Osaka dijadikan taman bernama Taman Istana Osaka. Pada tahun 1950 setelah angin topan Jane kembali merusak Istana Osaka, pemerintah Jepang mulai serius melakukan proyek restorasi dan penelitian secara ilmiah. Pada tahun 1959, penggalian arkeologi berhasil menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan zaman Toyotomi Hideyoshi.

Penyelesaian proyek restorasi Istana Osaka memakan waktu 3 tahun, dimulai tahun 1995 dan selesai tahun 1997, yang antara lain membangun fasilitas lift untuk penyandang cacat, orang lanjut usia dan rombongan wisatawan.

Menara utama Istana Osaka yang ada sekarang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Jika dibandingkan dengan menara utama yang dibangun pada zaman Toyotomi atau zaman Tokugawa, menara utama yang dibangun di zaman Showa merupakan bangunan menara utama yang paling panjang umur.

Walaupun pastinya terletak di dalam lingkungan taman atau di sekitar Istana Osaka yang ada sekarang, sampai saat ini letak sebenarnya dari istana generasi pertama yang dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi masih belum diketahui. Istana Osaka generasi pertama mungkin ada di sekitar parit luar (sotobori), di bawah jalan raya, atau di bawah tanah kompleks perkantoran Osaka Business Park (OBP) yang tidak terjangkau penggalian arkeologi.
[sunting] Peninggalan bersejarah
Pintu Gerbang Ōtemon. Di atasnya terdapat Tamon Yagura
Menara pengawas Sengan Yagura

* Pintu Gerbang Otemon

Di sudut sebelah barat daya Ninomaru, terdapat Pintu Gerbang Otemon (Gerbang Besar) yang merupakan pintu masuk utama ke seluruh kompleks istana. Menara pengawas yang ada di atas Pintu Gerbang Otemon disebut Tamon Yagura. Di sebelah utara Tamon Yagura terdapat menara pengawas bertingkat dua Sengan Yagura dengan gaya arsitektur zaman Tokugawa.
Batu Gurita (Takoishi)

* Pintu Gerbang Bunga Sakura (Sakuramon)

Sakuramon adalah pintu gerbang ke bagian selatan benteng utama (Honmaru) yang diperkuat tembok batu yang di atasnya terdapat menara pengawas (Yagura). Pintu gerbang Sakuramon merupakan contoh pintu gerbang bergaya Masugata, karena dikelilingi tembok di empat sisi, mirip dengan tempat beras (bahasa Jepang: Masu). Pintu gerbang Sakuramon juga merupakan hasil rekonstruksi karena bangunan aslinya habis terbakar pada zaman restorasi Meiji.

Tembok yang ada di sebelah utara dibangun dari batu-batu berukuran raksasa. Batu yang terbesar berukuran 59,4 meter persegi yang disebut Takoishi (Batu Gurita). Takoishi merupakan batu terbesar yang pernah digunakan dalam membangun tembok istana di Jepang. Selain batu Takoishi, juga terdapat batu-batu besar lain, seperti batu yang diberi nama Furisodeishi (Batu Kimono Lengan Panjang Anak Perempuan).

* Ichiban Yagura dan Rokuban Yagura

Di depan pintu gerbang Sakuramon terdapat jembatan yang menjembatani parit kering (Karahori) yang memisahkan Honmaru dan bagian selatan Ninomaru. Di zaman Tokugawa, terdapat 7 menara pengawas (Yagura) yang ada di setiap sudut wilayah Ninomaru, tapi sekarang hanya tinggal dua menara pengawas yang ada: Ichiban Yagura (menara pengawas nomor 1) dan Rokuban Yagura (menara pengawas nomor 6).

* Sumur Kinmeisui

Di samping menara utama Istana Osaka terdapat sumur tua bernama Kinmeisui yang dalamnya 33 meter. Sampai saat ini, sumur Kinmeisui masih terus mengeluarkan air dan tak pernah kering. Konon di dasar sumur dulunya diletakkan kepingan-kepingan emas yang berfungsi sebagai penawar racun, kalau-kalau ada musuh yang berusaha untuk meracuni air sumur.
Menara Pengawas Inui (Inui Yagura)

* Taman Nishinomaru

Di bagian sebelah barat Ninomaru terdapat area yang disebut Nishinomaru. Dulunya, Taman Nishinomaru yang terdapat di sebelah selatan Ninomaru merupakan rumah tinggal pegawai istana. Di musim semi, Taman Nishinomaru sangat terkenal dengan bunga Sakura jenis Someiyoshino. Di dalam Taman Nishinomaru terdapat bekas gudang mesiu (Ensho Gura) dan menara pengawas bernama Inui Yagura (dibangun tahun 1620) yang merupakan bangunan tertua yang terdapat di Istana Osaka.

* Wilayah Ninomaru dan Jembatan Gokurakubashi

Jembatan Gokurakubashi yang ada di atas Parit Dalam (Uchibori) merupakan tempat berfoto favorit para wisatawan yang baru saja sampai di Istana Osaka. Jembatan ini menghubungkan wilayah Yamazatomaru (yang ada di sebelah barat Honmaru) dengan Ninomaru. Di bagian timur Ninomaru terdapat Taman Bunga Plum yang memiliki lebih dari seribu batang pohon dari 80 jenis pohon Plum. Di awal Januari sampai Maret di saat bunga Plum mekar, taman ini ramai dikunjungi wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan dan harumnya bunga Plum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Watcha!